Lima tahun pertama adalah “usia emas” perkembangan otak anak. Bila terlewatkan, tidak bisa diulang. Namun hanya 5 dari 10 anak Indonesia usia 0-6 tahun yang memiliki akses ke pendidikan usia dini, atau yang dikenal masyarakat sebagai pendidikan Pra-Sekolah atau Taman Bermain atau Taman Kanak-Kanak. Dari 5 anak yang tidak memiliki akses, 50 persennya tinggal di daerah pedesaan atau di daerah tertinggal. Terbatasnya fasilitas pendidikan usia dini di seluruh Indonesia, menjadi penyebab utama mengapa banyak anak di Indonesia tidak memiliki akses ke pendidikan usia dini.
Lalu apa solusinya? Bersama Pemerintah, UNICEF mengupayakan anak usia dini untuk mendapatkan akses PAUD (Pengembangan Anak Usia Dini) yang holistik terintegrasi seperti Taman Posyandu atau Posyandu Plus, sebagai tempat belajar dan bermain untuk anak balita sambil mendapatkan layanan kesehatan, seperti pemberian imunisasi, makanan tambahan dan vitamin A, penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan. Selain itu juga, pemberian layanan kesehatan untuk ibu hamil serta pendidikan bagi para orang tua mengenai pengasuhan untuk meningkatkan perkembangan otak anak agar konsisten antara pengasuhan di rumah dan di lembaga PAUD. Di samping itu, UNICEF juga melakukan advokasi terhadap kebijakan pemerintah setempat untuk memperluas cakupan akses dan menjamin anak usia dini di daerah setempat mendapatkan layanan PAUD holistik terintegrasi.
• Kisah nyata dari Banda Aceh =
Need Translate...???
by : BTF
Kamis, 29 Juli 2010
Diposting oleh Hery Napit`z di 22.34 0 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)